Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Faisal Basri meninggal dunia akibat serangan jantung. Hal itu diungkap oleh sesama ekonom senior INDEF lainnya, yaitu Dradjad Wibowo. Ia mengatakan, INDEF sangat berduka kehilangan salah seorang pendiri.
"INDEF amat sangat berduka kehilangan salah satu pendiri, seorang ekonom terkemuka Indonesia," ujar Dradjad. Kabar Faisal Basri tutup usia sebelumnya telah dibenarkan oleh ekonom senior INDEF lainnya, yaitu Tauhid Ahmad. Sholawat Jibril Lirik Arab dan Latin Lengkap Keutamaan Dibaca 1000 Kali Halaman all Bangkapos.com
Sebelumnya, Tauhid menginformasikan melalui pesan singkat WhatsApp pada grup ruang diskusi terkait ekonomi. Adapun pesan WhatsApp tersebut berbunyi: Innalillahi wa innailaihi rodji’un
Telah berpulang ke rahmatullah hari ini Kamis, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta, suami, ayah, anak, abang, adik, uwak, mamak, kami tersayang: Bp. Faisal Basri bin Hasan Basri Batubara pada usia 65 tahun Mohon doanya semoga Rahimahullah diberikan tempat terbaik Jannatul Firdaus, diampuni segala khilafnya, dilapangkan kuburnya, diterima amal ibadahnya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan.
Kami yang kehilangan: Syafitrie (Fitrie) Anwar Ibrahim Basri Siti Nabila Azuraa Basri Muhammad Attar Basri Beserta ibu, adik adik, abang, kakak dan keponakan semua Rumah Duka: Komplek Gudang Peluru Blok A 60 Jakarta Selatan Info Pemakaman : Berangkat sekitar Ba’da Ashar dari mesjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
Faisal Basri adalah ekonom dan politikus asal Indonesia. Pemilik nama Faisal Nur Fiqih itu merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI). Ia adalah keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI, Adam Malik.
Lulus dari UI pada 1985, Faisal Basri melanjutkan pendidikan S2 dan sukses meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988). Dikutip dari lpem.org, kariernya sebagai akademisi dimulai dari pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UI untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi (1981 sekarang). Ia juga merupakan pengajar pada Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), dan Program Pascasarjana Universitas Indonesia (1988 sekarang).
Pada 1996, Faisal Basri pernah menerima penghargaan selaku Dosen Teladan III UI. Faisal Basri juga pernah diamanatkan menjadi Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEBUI (1995 1998) dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta (1999 2003). Ia merupakan pendiri Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) (1995 2000).
Di bidang pemerintahan, Faisal Basri pernah mengemban amanah sebagai anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985 1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000). Selain mengajar, Faisal Basri juga kerap menulis buku dan artikel di berbagai jurnal serta media massa. Tahun 2002, ia diangkat menjadi anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Faisal Basri juga terjun ke dunia politik dengan mendirikan Majelis Amanah Rakyat (Mara). Mara merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN). Di partai berlambang matahari itu, Faisal Basri mengemban tugas sebagai Sekretaris Jendera (Sekjen) periode 1998 2000.
Pada 2000, ia keluar dari partai yang saat itu dipimpin Amien Rais dan mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia yang mencita citakan politik bersih, berkarakter, dan berideologi. Sejumlah tokoh ikut mendirikan organisasi tersebut, antara lain Budiman Sudjatmiko dan Faisol Reza. Budiman Sudjatmiko sempat bergabung dengan PDIP tapi kemudian dipecat, sedangkan Faisol Reza merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pada Oktober 2011, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb untuk mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen. Namun, ia tidak berhasil memenangkan Pilkada 2012 sebab mendapat suara lebih sedikit dari Joko Widodo, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid. Namun, pasangan ini mendapatkan lebih banyak suara ketimbang Alex Noerdin dan Hendardji Soepandjo.
Leave a Reply